Oleh: Arif Fajar Utomo
Hi! Kembali lagi di hari
ketujuh dalam #15HariCeritaEnergi. Untuk yang baru
bergabung atau baru membaca serangkaian tulisan yang saya mulai dalam tujuh
hari yang lalu, saya telah berkomitmen untuk menggunakan kesempatan dalam
menceritakan mengenai konservasi energi dan energi terbarukan dalam 15 hari.
Ketika memulai hal ini, saya telah berniat untuk memberikan ulasan tulisan yang
bertujuan untuk menambah wawasan kita (saya termasuk) mengenai segmen
konservasi energi dan energi terbarukan sehingga dalam prosesnya saya akan
memilih bahasan yang lebih mengedepankan fakta dan berusaha sebaik mungkin
untuk menghindarkan interfensi dari pandangan personal. Sebagai individual yang
berkecimpung di area teknikal dan sosial, saya menemukan enjoyment dalam mengantarkan tulisan-tulisan yang telah saya buat
karena secara langsung saya dapat merasakannya manfaat dorongan untuk lebih
mengeksplor hal-hal yang sudah lama ingin saya ketahui sebagai salah satu
antusias energi Indonesia. Well that’s
for the opening session, let’s get into the business. Artikel pada hari ini
akan mengusung mengenai terobosan atau perkembangan-perkembangan terhadap
teknologi sel surya yang seperti kita ketahui bergerak cukup sangat
progresif dalam dua tahun belakangan ini. Namun sejauh apa perkembangan ini? Let’s check it out!
Seperti yang telah di bahas
sebelumnya, sel surya mengalami kemajuan yang sangat progresif semenjak tahun
2016 dimana kita hampir dapat mendengar setiap inovasi terbaru dalam teknologi sel surya setiap minggunya. Hal ini terjadi karena sangat antusiasnya segmen
riset dan pengembangan untuk mengupgrade teknologi sel surya yang dahulu
tergolong mahal untuk menjadi lebih ringkas, praktis, mudah dalam pembuatannya,
dan feasible dalam cost-nya. Berikut beberapa rangkuman perkembangan teknologi
sel surya di tahun 2017:
Inovasi Atap Panel Surya
Salah satu resistan yang dialami
oleh pengaplikasian panel surya dalam atap rumah adalah bahwa sebanyak 90% dari
pemilik rumah tidak senang dengan sisi aestetik atau keindahan dalam penggunaan panel surya model lama yang memiliki warna biru kegelapan dan jauh berbeda
dari warna atap pada umumnya. Melihat permasalahan ini, sebuah perusahaan start-up
dari MIT bernama Sistine Solar membuat inovasi produk panel surya yang disebut
sebagai Solar Skin yang memungkinkan
panel surya memiliki tampilan dapat diatur dan dicocokkan sesuai dengan warna atap rumah tanpa mengganggu tingkat efisiensi dari konversi
energi listriknya (sumber: http://news.energysage.com). Solar Skin dari Sistine Solar ini telah ditargetkan untuk memasuki pasar
di Amerika sejak tahun 2017 ini.
Seakan tidak cukup dengan inovasi
yang telah dilakukan oleh Sistine Solar, sebuah inovasi lain muncul di tahun
yang sama dan berhasil mencuri atensi antusias energi pasalnya inovasi atap panel suryanya memiliki bentuk yang sama
persis seperti atap genteng. Memperkenalkan Solar Roof Tiles yang diluncurkan oleh Tesla pada akhir Desember
2016.
Inovasi Solar Panel Tiles oleh Tesla - jetsongreen.com |
Solar Roof Tiles dibuat
menyerupai bentuk atap genteng tradisional dan merupakan lapisan tipis sel
surya atau PV yang dilapiskan pada lapisan atas atap genteng. Inovasi ini
tentunya berhasil dengan sukses mengurang kekurangan aspek estetika atap panel
surya sebelumnya yang notabene memiliki bentuk persegi tebal sehingga
mengorbankan bentuk tampilan desain arsitektur dari atap bangunan (sumber: http://interestingengineering.com).
Inovasi Jalan Raya Berdayakan Energi Surya
Jalan Raya Berdayakan Energi
Surya atau Solar Panel Road atau juga
yang sekarang sering disebut sebagai Wattway
diklaim pertama kali oleh Perancis dan dioperasikan di sebuah desa
Normandy. Sepanjang 1 km jalan raya dilapisi oleh panel surya dengan luas total
sebanyak 2800 meter persegi. Kontruksi teknologi panel surya di jalan Normandy
yang dilalui 2000 pengguna mobil setiap harinya ini memakan biaya total 4,2
Milliar Euro dan sedang dalam masa uji coba selama dua tahun lamanya untuk
melihat apakah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan daya dari penduduk desa
yang berjumlah 3.400 penduduk (sumber: theguardian.com). Inovasi lain yang sama
juga dilakukan di Amerika pada penghujung tahun 2016. Sebuah perusahaan bernama
Solar Roadway Incorporated yang berpusat di Idaho berhasil menginkorporasikan panel surya dalam jalanan tol di Amerika untuk menghasilkan listrik yang dapat
menerangi lampu jalanan dan yang lebih menarik lagi – untuk melelehkan salju
ketika musim dingin! (sumber: news.energysage.com)
Prototipe Solar Panel Road - solarroadways.com, Dan Walden |
Sel Surya dalam Kain
Meskipun pemakaian sel surya
dalam perangkat yang digunakan sehari-sehari seperti dalam jam tangan ataupun
kalkulator bukanlah hal yang baru, namun terdapat suatu inovasi yang sangat
menarik bagi anda yang menggandrungi
dunia fesyen, yaitu pengaplikasian sel surya yang dijahitkan dalam bahan kain. Fine, bukan exactly fesyen like
fesyen, bahan kain yang sudah diujicobakan sejauh ini lebih kepada tirai
jendela atau komponen berbahan kain sejenis yang umumnya banyak memiliki
paparan sinar matahari. Teknologi sel surya ini merupakan kredit temuan dari
desainer tekstil Marianne Fairbanks dan ahli kimia Trisha Andrew (sumber: smithsonianmag.com)
Tampilan Sel Surya dalam Kain Textile - sumber: www.mariannefairbanks.com, Jeff Miller |
Inovasi Baterai Penyimpan Energi Listrik dari Sel Surya
Jenis inovasi terakhir bukanlah inovasi penemuan
dalam komponen panel surya, melainkan dalam baterai penyimpanan energinya. Hal
ini menurut saya sangat perlu ditambahkan mengingat banyak orang ketika
membicarakan fase generating power
lupa bahwa komponen penyimpan energinya memiliki level kepentingan yang sama.
In fact, ketika saya akan memilih prodi belajar saya di bidang energi
terbarukan, ditekankan dalam pilihan mata kuliah bahwa solar battery ini memiliki urgensitas inovasi yang sama karena kita
sangat membutuhkan medium untuk menyimpan energi dalam sistem off grid (sistem
yang tidak terhubung dalam jaringan listrik dan umumnya sangat diperlukan di
daerah pedesaan). Mengapa? Karena selama ini baterai surya yang digunakan dalam
sistem off grid memiliki harga yang sangat mahal dan inilah yang membuat pengaplikasian
PLTS di pedesaan tidak feasible, sementara justru daerah-daerah pedesaan yang
tidak terkoneksikan oleh jaringan listrik inilah yang akan memerlukan bantuan
energi alternatif seperti PLTS karena listrik pada umumnya seperti yang disediakan
oleh PLN tidak dapat dijangkau oleh daerah terpencil. Back to topic, Tesla yang dipimpin oleh the infamous Elon Musk, meluncurkan dua jenis baterai surya untuk
fungsi residensial yang diberi nama Powerwall dan fungsi komersial yang diberi
nama Powerpack. Kedua jenis ini merupakan leading
products untuk baterai surya dalam segi performa, estetik, dan cost-nya. Karena
kualitas yang diberikan oleh produk Tesla ini, dalam salah satu artikel Forbes, diklaim dapat menyelesaikan masalah arus listrik
yang tidak tetap atau intermittent
yang sering menjadi masalah dalam transmisi listrik energi surya dan angin –
dan yang lebih fantastis lagi diperjelas oleh Arnie Gundersen (Kritikus atau
Pengamat Nuklir) bahwa produk baterai surya ini dapat menyebabkan pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi
ketinggalan jaman (sumber: Forbes, 02/05/2017).
Tampilan Powerwall 2.0 dari Tesla - sumber: inhabitat.com |
#15HariBerceritaEnergi didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai bentuk upaya dalam mengkampanyekan energi terbarukan dan konservasi energi.
No comments:
Post a Comment