Oleh: Arif Fajar Utomo
Halo, selamat malam semuanya! Kembali
lagi dalam penulisan artikel blog keenam dalam serangkaian #15HariCeritaEnergi,
kali ini saya akan mencoba untuk masuk ke dalam salah satu sub energi
terbarukan yang mungkin paling dikenal, yaitu energi surya atau matahari. Namun
dalam artikel pertama di bawah sub energi surya ini, saya akan membahas
mengenai silikon yang paling umum untuk digunakan sebagai material sel surya. Hal ini
didasarkan pada keingintahuan pribadi saya untuk mengetahui lebih lanjut tentang
alasan mengapa diantara material-material lain, haruslah silikon yang paling
banyak digunakan. Ikut penasaran? Check
this out!
Energi surya atau matahari
termasuk salah satu pembahasan yang paling populer dan mungkin salah satu yang
paling familiar di Indonesia, selain karena pengaplikasian skala kecil sudah
banyak dilakukan seperti yang dapat dijumpai dalam lampu lalu lintas di jalan,
energi surya merupakan yang paling dirasakan oleh kita sebagai warga Indonesia
yang memang berada di daerah tropis dan merasakan priviledge untuk merasakan hal ini sepanjang tahun.
Untuk mengkonversikan energi
matahari menjadi energi listrik, diperlukan suatu komponen Pembangkit Listrik
Tenaga Surya atau PLTS yang disebut sebagai panel surya. Panel surya terdiri
dari sel-sel surya yang dapat mengkonversikan energi surya atau matahari
menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip atau efek fotovoltaik atau photovoltaic sehingga sering juga
disebut sebagai sel fotovoltaik atau panel PV.
Sel Surya - sumber: inhabitat.com |
Efek dari fotovoltaik ini sebetulnya dapat dijelaskan secara singkat dan ringkas sebagai kemampuan suatu komponen yang dapat memancarkan elektron ketika sebuah cahaya terpancar ke arahnya. Setiap dari sel fotovoltaik atau PV umumnya terdiri dua material lapisan semi konduktor yang disusun berhimpitan seperti roti sandwich – salah satu material semi konduktor yang paling sering digunakan dalam sel PV ini adalah silikon, mengapa? Apakah pemilihannya ini didasarkan pada kualitas dan performa silikon sebagai sel PV? Ataukah terdapat pertimbangan lain?
Silikon ternyata tidak terpilih
sebagai material yang paling banyak digunakan dalam sel PV karena kualitas
optimumnya, melainkan lebih kepada fakta bahwa penggunaan silikon sebagai
material semi konduktor memiliki cost yang
rendah. Hal ini dikarenakan silikon merupakan material semi konduktor terbanyak
di dunia dan bahkan merupakan material terbanyak kedua di Bumi setelah oksigen.
Tingkat kemudahan dalam memperoleh silikon inilah yang kemudian mendasari
banyaknya pemakaian silikon sebagai material semi konduktor dalam perangkat
elektronik sebelum kemudian digunakan dalam sel surya. Namun apabila kita
membicarakan kualitas performa dan optimasi dari penyerapan sinar matahari,
silikon bukanlah material terbaik untuk hal tersebut. Sayangnya hingga saat
ini, saya belum menemukan informasi paten mengenai material lain yang memiliki
efisiensi penyerapan sinar matahari yang lebih baik dari silikon grade
industrial – terlalu banyak artikel publikasi yang menyebutkan angka efisiensi
yang berbeda sehingga saya ragu dalam menuliskan informasi tersebut saat ini
untuk kemudian dibaca oleh orang lain.
Kembali dalam pembahasan mengenai
panel surya, kita akan mencoba membahas bagaimana sinar matahari ini dapat
diubah oleh sel PV menjadi energi listrik. Sinar matahari terdiri dari
partikel-partikel yang disebut sebagai foton yang diradiasikan dari matahari.
Ketika foton ini berinteraksi dengan atom silikon dari sel surya, maka foton
akan mentransferkan energinya untuk melepaskan partikel elektron dari atom
silikon. Elektron-elektron liar yang lepas ini tidak akan dapat dijadikan
energi listrik tanpa adanya mekanisme pengarahan aliran elektron ke satu sisi
yang mana dapat terjadi karena karakteristik internal dari silikon. Setelah
dipelajari, atom silikon ternyata tersusun dalam struktur yang terikat secara
rapat dan karena adanya kerapatan inilah menyebabkan setiap komponen silikon
memiliki dua jenis bagian yang disebut tipe-n yang memiliki kelebihan elektron
dan tipe-p yang kekurangan elektron. Seperti yang kemudian dapat kita prediksi
lewat pemahaman hukum keseimbangan, elektron dari tipe-n akan berpindah ke
tipe-p yang kemudian mengakibatkan tipe-n kehilangan elektron dan bermuatan
positif sementara tipe-n menerima elektron dan bermuatan negatif. Adanya muatan
positif dan negatif ini kemudian yang memicu terjadinya aliran listrik diantara
sel, dan uniknya karena silikon merupakan semi konduktor, silikon juga memiliki
karakteristik insulator yang menjaga aliran elektron ini akan terjadi selama
foton dari sinar matahari terus berinteraksi dengannya (sumber: physics.org).
Silikon sendiri dalam
penggunaannya dalam sel surya ternyata dibedakan menjadi dua jenis material yang
paling umum digunakan dalam sel surya yaitu monokristalin silikon dan
polikristalin silikon. Mari kita coba bahas satu persatu dari ketiga macam sel
surya berbasis silikon ini.
Monokristalin Silikon
Monokristalin Silikon - sumber: Martin D. Vonka |
Monokristalin silikon merupakan grade
tertinggi dengan kemurnian silikon tertinggi dibandingkan dengan jenis lainnya.
Disebut juga sebagai panel surya kristal tunggal silikon, tipe ini dihasilkan
dengan cara: pemurnian silikon, pelelehan silikon, dan dikristalkan kembali.
Kelebihan dari jenis silikon ini adalah
durasi umurnya, tingkat efisiensinya yang tinggi dalam range 15-24%, efisien pemakaian
ruang yang tinggi, biaya instalasi yang lebih rendah, tidak berbahaya untuk
lingkungan dan ketahanan panas yang lebih baik.
Kekurangan dari monokristalin silikon adalah biaya pembuatan yang tinggi, banyaknya silikon tersisa dalam pembuatannya, dan tingkat kerapuhan fisiknya.
Kekurangan dari monokristalin silikon adalah biaya pembuatan yang tinggi, banyaknya silikon tersisa dalam pembuatannya, dan tingkat kerapuhan fisiknya.
Polikristalin Silikon
Polikristalin Silikon - sumber: France DC |
Polikristalin silikon merupakan silikon
dengan komposisi bentuk kristal yang tidak sama dan umumnya merupakan jenis
silikon yang banyak digunakan dalam pemakaiannya sebagai sel surya karena dengan
harganya yang lebih murah namun efisiensinya tidak jauh berbeda dengan jenis
monokristalin yaitu di kisaran 12-14%.
Kelebihan dari jenis silikon ini adalah proses
pembuatannya yang praktis dan efektif dalam segi biaya dengan konsekuensi
efisiensi dan toleransi panasnya tidak jauh berbeda dengan monokristalin
silikon.
Kekurangan dari polikristalin silikon
adalah memiliki efisiensi sedikit lebih rendah dari monokristalin, efisiensi
pemakaian ruang yang lebih rendah, dan memiliki estetika yang paling rendah
dibandingkan yang lain karena bentuknya yang lebih tebal untuk mengakomodasi
nilai efisiensinya.
(sumber: azocleantech.com)
Selain kedua jenis di atas yang umumnya dikenal pasaran, terdapat juga jenis sel surya berbasis silikon yang dimodifikasi dan direkayasa lewat pengintegrasikannya dengan material lain seperti material kaca atau material sejenis untuk meningkatkan efisiensi silikon dalam mengkonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Adanya pengintegrasian ini dapat membuat karakteristik fisik panel surya ini menjadi lebih tipis karena dapat mengakomodasi salah satu kelemahan panel surya berbahan silikon, yaitu yang dibuat tebal agar efisiensi penyerapan cahayanya tercapai. Solar panel tipis ini kemudian banyak disebut sebagai Thin Film Solar Panel. Rekayasa dan modifikasi semacam ini banyak dilakukan untuk mengoptimumkan performa material sel surya yang ideal dalam segi performa dan cost sehingga pemanfaatan energi matahari sebagai energi terbarukan sehingga akan lebih feasible dalam pasar.
#15HariBerceritaEnergi didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai bentuk upaya dalam mengkampanyekan energi terbarukan dan konservasi energi.
No comments:
Post a Comment