Thursday, 24 August 2017

#15HariCeritaEnergi: Prospek Pengembangan Energi Surya di Indonesia

Oleh: Arif Fajar Utomo


Selamat malam semua, kembali lagi dengan pembahasan terkait mengenai energi terbarukan dan konservasi energi dalam #15HariCeritaEnergi yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral atau KESDM. Dalam artikel pada malam kali ini, saya akan mencoba melanjutkan sub pembahasan energi surya sebagai energi terbarukan dimana dalam artikel sebelumnya kita telah membahas mengenai penggunaan silikon sebagai material sel surya dan terobosan-terobosan dalam teknologi sel surya di 2017. Untuk menyambung pembahasan tersebut, saya akan mencoba untuk menggunakan kesempatan dalam artikel kedelapan ini untuk membahas mengenai prospek pengembangan energi surya di Indonesia – let’s check it out!

Indonesia sebagai salah satu negara yang berada dalam daerah tropis memiliki kemewahan tersendiri untuk dapat menikmati suplai sinar matahari sepanjang tahun, hal ini membuat potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4,8 kWh per meter persegi atau setara dengan 112.000 GWp dimana nilai ini setara dengan sepuluh kali lipat dari potensi energi surya yang dimiliki oleh Jerman dan Eropa (sumber: agroindonesia.co.id). Yang dimaksud dengan GWp adalah gigawatt peak atau ukuran nominal gigawatt daya yang dihasilkan dari panel fotovoltaik dalam keadaan laboratorium.

Peta Umum Persebaran Rata-Rata Sinar Matahari Dunia - sumber: Solar Milennium AG, Erlangen

Lebih lanjut mengenai potensi energi surya di Indonesia, berdasarkan data penyinaran matahari yang telah dihimpun dalam 18 lokasi berbeda di Indonesia yang meliputi kawasan barat dan timur Indonesia, distribusi energi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai hal berikut: rata-rata sebesar 4,5 kWh per meter persegi setiap harinya dengan variasi bulanan sekitar 10% untuk Kawasan Barat Indonesia dan rata-rata sebesar 5,1 kWh per meter persergi setiap harinya dengan variasi bulanan sekitar 9% untuk Kawasan Timur Indonesia (sumber: alpensteel.com)

Menurut data yang dilansir oleh Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral atau KESDM, dari seluruh potensi energi surya yang ada di Indonesia, sebanyak 10 MWp telah termanfaatkan hingga saat ini dan tengah ditargetkan untuk meningkat hingga menjadi 50 MWp per tahunnya atau yang ekuivalen dengan 0.87 Gigawatt pada tahun 2025. Target pemanfaatannya ini terbilang kecil apabila dibandingkan dengan keseluruhan potensi energi surya yang ada di Indonesia, namun apabila kita bandingkan dari antara target ke depan dan kemampuan saat ini – angka ini merupakan kenaikan yang dapat dikatakan cukup besar dan memberikan gambaran peluang potensi pasar dalam pengembangan energi surya di Indonesia.

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS di Indonesia telah memiliki basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan pengembangan yang berhubungan dengan lonjakan target yang telah dijelaskan dalam paragraph sebelumnya. Namun dalam tahap pengimplementasiannya, terdapat beberapa kendala seperti salah satunya dalam segi manufaktur dimana produksi sel surya masih dilakukan secara impor dan kita saat ini hanya memiliki kemampuan untuk merangkai sel surya tersebut menjadi panel surya dan kemudian diintegrasikan menjadi PLTS. Salah satu permasalahan yang menghambat kemampuan produksi industri sel surya dalam negeri disebabkan oleh tingginya harga yang dilakukan dalam proses produksi sel surya. Sangat perlu dilakukan pengkajian dan pengembangan lebih lanjut untuk menurunkan harga produksi sel surya ini agar target pencapaian pengembangan energi surya dapat segera tercapai dan dapat bersaing dalam segi finansial dengan sumber energi yang lain.

Adanya kendala dalam produksi sel surya dalam negeri ini sebenarnya sangat disayangkan mengingat dari rasio elektrifikasi Indonesia atau rasio jumlah penduduk yang mendapatkan akses listrik dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penduduk dengan nilai sebesar 89,5% di pertengan tahun 2016 dan ditargetkan mencapai 92,75% di tahun 2017 (sumber: KESDM dalam economy.okezone.com – 18/11/16 dan indonesiasatu.co – 09/12/16) justru daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik lah yang merupakan kontribusi terbesar sebagai daerah yang tidak mendapatkan akses listrik dan dapat menerima akses dengan mudah apabila teknologi PLTS yang memiliki fisibilitas cost yang tepat dapat diintegrasikan dalam daerah-daerah tersebut. Menyambut isu ini, pemerintah telah merencanakan untuk menyediakan 1 juta Solar Home System atau PLTS skala kecil yang berkapasitas 50 Watt Peak sebagai bantuan untuk masyarakat dengan pendapatan kurang di daerah terpencil dan juga PLTS Hibrida dengan kapasitas 346,5 Megawatt Peak untuk daerah terpencil (sumber: esdm.go.id) guna mencapai target elektrifikasi sekaligus target pencapaian pemberdayaan energi surya Indonesia di tahun 2025.


Nah, setelah mengetahui tahap perkembangan dan target pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS di Indonesia, tentunya terdapat rasa keingintahuan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai persebaran PLTS-PLTS yang sudah dikembangkan di Indonesia. Setelah berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut, saya menemukan salah satu website yang sangat interaktif dalam penyediaan informasi ini. Dimana dalam website ini dipaparkan peta persebaran PLTS dengan keterangan nama PLTS, kategori PLTS, dan status PLTS itu sendiri. Dan yang lebih informatif, ketika kita mengklik nama PLTS yang ingin kita ketahui akan ditunjukkan detail lokasi dalam peta citra satelit tersebut. Data ini dapat diakses dalam janaloka.com dan silahkan klik dalam website tersebut untuk diarahkan ke dalam page yang saya maksud sehingga anda dapat mempelajari informasi mengenai persebaran PLTS-PLTS di Indonesia yang berjumlah total 28 PLTS dengan kriteria skala kapasitas 40 Kilowatt Peak ke atas.

Tampilan Peta Interaktif Citra Satelit untuk Persebaran PLTS Indonesia - janaloka.com


Dari hasil rangkuman data persebaran PLTS di Indonesia yang dipaparkan dalam janaloka.com di atas didapatkan dua informasi utama yang menarik untuk dicermati: Hanya 2 dari total 28 PLTS yang persebarannya terdapat di daerah Barat Indonesia – hal ini mungkin merupakan indikasi bahwa urgensitas pembangunan PLTS lebih dipentingkan untuk daerah Timur Indonesia yang mana lebih tidak terjangkau listrik; dan hanya 4 dari total 28 PLTS di Indonesia memiliki kejelasan status fungsi (2 Berfungsi dan 2 Tidak Berfungsi) sementara 24 lainnya memiliki status yang tidak diketahui. Hal ini tentunya sangat disayangkan apabila terdapat selisih informasi yang belum tersampaikan dan terlengkapi terkait status fungsi PLTS-PLTS yang terdapat di Indonesia, terlebih jika informasi ini dapat diakses oleh publik dan dapat menggiring berbagai macam opini publik dan data terupdate mengenai Daftar Distribusi PLTS di Indonesia beserta Status Operasionalnya tidak dapat diakses dengan mudah. Semoga adanya gap atau selisih informasi ini dapat segera teratasi sehingga kita sebagai publik yang memiliki antusias terhadap perkembangan energi dapat memiliki informasi terbaru terkait hal tersebut.


Kembali dalam topik utama, perkembangan PLTS di Indonesia masih berlanjut, salah satunya adalah proyek pengembangan PLTS yang tengah dilakukan dan menarik untuk dilirik perkembangannya adalah PLTS Jakabaring yang berkapasitas 1,6 Megawatt dan merupakan jawaban atas keinginan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai Tuan Rumah Asian Games ke XVIII di tahun 2018 mendatang yang menginginkan ajang pesta olahraga ini memiliki semangat ramah lingkungan dan edukatif dalam perihal kesadaran akan energi terbarukan – hats off untuk Pemerintah kita! Hingga Agustus ini, proyek PLTS ini telah menyelesaikan tahap pematangan lahan yang kemudian akan memasuki proses kontruksi, pemasangan PLTS, dan penyaluran energi listrik PLTS ke jaringan listrik PLN yang mana ketiga proses ini diharapkan dapat diselesaikan sebelum Asian Games ke XVIII diselenggarakan (sumber: Sriwijaya Post, 24/08/17).



#15HariBerceritaEnergi didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai bentuk upaya dalam mengkampanyekan energi terbarukan dan konservasi energi.

No comments:

Post a Comment