Oleh: Arif Fajar Utomo
Selamat
malam semua, jumpa kembali dalam artikel ke-sembilan dalam #15HariCeritaEnergi
yang bertepatan dengan hari jumat malam menjelang weekend dan hampir semua
orang yang saya kenal sedang berada di Bali atau menuju ke Bali untuk sebuah
event marathon. But here we are, di
depan laptop masing-masing dan belajar bersama mengenai energi. What a great way to live our life! Well, semua akan worth in the end. Baiklah, tanpa mengulur terlebih lama, malam ini
saya akan membawa anda untuk memasuki sub-bab energi nuklir yang akan dimulai
dengan sebuah pertanyaan yang penting dimana beberapa orang terkadang sedikit miss guided mengenai hal ini: Energi
nuklir, termasuk terbarukan atau tidak ya? Namun sebelum kita beranjak untuk ke
pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu tentang
energi nuklir itu sendiri. Here we go!
Pendahuluan
Energi
nuklir merupakan energi yang terdapat dalam nukleus atau pusat inti dari sebuah
atom. Atom sendiri merupakan bagian terkecil dari partikel yang membentuk
setiap obyek materi dan di dalam nukleus atau pusat atom ini terdapat energi
yang sangat besar yang mengikat dan menjaga ikatan antara atom-atom ini.
Terdapat du acara agar energi yang terdapat atom dapat dilepaskan dan
diperoleh, yaitu dengan metode fusi nuklir dan fisi nuklir (sumber: energymatters.com.au).
Kedua metode ini saling bertolak belakang, dalam fusi nuklir, atom
dikombinasikan atau difusikan dengan atom yang lebih besar untuk melepaskan
energi dan sedangkan dalam fisi nuklir, atom akan dipecah menjadi atom-atom
yang lebih kecil untuk melepaskan energinya.
Salah satu
contoh metode pelepasan energi atom dengan metode fusi nuklir adalah matahari,
dimana matahari sebagai bintang mengkombinasikan proton nukleus hidrogen dengan
proton-proton lain menjadi helium. Proses ini terjadi dalam inti matahari yang
kemudian menghasilkan energi radiasi panas seperti yang kita ketahui (sumber:
energyeducation.ca). Sementara, dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau
PLTN hanya dapat menganut metode kedua atau metode fisi nuklir dalam
menghasilkan energi.
Formula Relativitas dan Fungsinya
dalam Metode Fisi Nuklir
Tentunya
kita semua familiar dengan persamaan relativitas E = m c2 yang
sangat terkenal dan yang ditemukan oleh Albert Einstein bukan? Formula ini nampak
sederhana dalam penulisannya, formula yang mendeskripsikan bahwa Energi (E) dalam
sebuah sistem – termasuk atom merupakan hasil kali antara total massa (m) dan
kecepatan cahaya kuadrat (c2) telah mampu menghasilkan
persepsi baru dalam pengukuran besarnya energi yang lebih akurat dan pendekatan
pengukuran energi matahari yang sebelumnya salah diprediksikan
keberlangsungannya untuk hanya 6000 tahun dengan asumsi matahari terbuat dari
batu bara. Dengan pendekatan formula ini, kita sekarang telah mengetahui bahwa
matahari sekarang berumur sekitar 4,6 milyar tahun dan memiliki 4,6 milyar
tahun lagi untuk menghabiskan keseluruhan bahan bakarnya (sumber: emc2-explained.info).
Terlebih, formula ini masih digunakan dalam proses fisi nuklir untuk menghitung
prediksi energi yang dihasilkan dari sebuah inti atom dan juga untuk menghitung
jumlah pengurangan massa atom ketika atom telah difisikan.
Energi
Nuklir, termasuk terbarukan atau tidak ya?
Kembali lagi ke topik semula mengenai perdebatan apakah sebetulnya
energi nuklir ini tergolong energi terbarukan atau bukan pada prinsipnya? Energi
terbarukan dari segi definisinya adalah suatu energi yang memiliki sumber yang
dapat mengalami regenerasi dengan sendirinya secara tidak terbatas. Kelima
sumber energi terbarukan yang telah teridentifikasi tanpa perdebatan diataranya
adalah biomassa, angin, surya, hidro, dan geothermal – sementara nergi nuklir
sendiri memang masih mengalami perdebatan mengenai posisinya sebagai energi
terbarukan.
Energi nuklir seperti yang telah diketahui dalam penjabaran di
atas merupakan energi yang dihasilkan dari proses fusi nuklir atau penggabungan
atom dan fisi nuklir atau pemecahan bagian atom. Dalam PLTN yang menganut
metode fisi nuklir akan menghasilkan energi panas yang kemudian akan
dikonversikan menjadi energi listrik melalui penjembatan energi uap. PLTN ini
umumnya menggunakan bahan uranium untuk proses fisi nuklir yang diperoleh
dengan cara menambang uranium dari Bumi. Sebelum kita menentukan jawaban atas
pertanyaan mengenai posisi energi nuklir dalam aspek keterbaruannya, marilah
kita melihat argumen-argumen yang digunakan oleh kedua kubu:
Argumen
yang Menyatakan Nuklir adalah Energi Terbarukan
Sebagian besar argumentasi yang menyatakan bahwa energi nuklir
termasuk dalam kategori energi terbarukan adalah didasari oleh aspek emisi
energi nuklir yang rendah akan karbon dan sesuai dengan tujuan pengembangan
infrastruktur atau platform energi terbarukan untuk merendahkan emisi karbon
dalam emisi energi, pendukung kubu ini merasa bahwa tidak seharusnya energi
nuklir dipisahkan dari kategori energi terbarukan (sumber: large.stanford.edu).
Namun diantara argumen-argumen yang memiliki kesamaan poin seperti
di atas, terdapat salah satu argumen yang paling paling menarik untuk disimak
dan argumen ini datang dari Profesor Bernard Cohen yang merupakan mantan profesor
di Universitas Pittsburg. Beliau menjelaskan istilah “indefinite” atau “tidak terbatas” untuk suatu sumber energi agar
dapat disebut sebagai energi terbarukan. Dalam portofolionya, Profesor Cohen
menggunakan korelasi hubungan antara matahari dan Bumi – dimana beliau
mengajukan bahwa jika sumber uranium di Bumi ini dapat dibuktikan untuk
memiliki ketahanan energi seperti matahari yaitu sebesar 4,6 milyar tahun, maka
energi nuklir seharusnya ditetapkan sebagai energi terbarukan karena tidak aka
nada kehidupan di Bumi tanpa adanya matahari (sumber: Breeder Reactors: A Renewable Energy Source, B.L. Cohen).
Untuk metode pembuktian teorinya ini, Profesor Cohen mengklaim
pahwa dengan menggunakan breeder reactor
atau reaktor yang dapat menghasilkan material bagian nuklir dengan jumlah yang
lebih banyak daripada dengan jumlah bagian nuklir yang hilang, maka hal ini
mungkin untuk mempertahankan energi nuklir secara tidak terbatas meskipun dalam
faktanya tambang uranium di Bumi diperkirakan hanya dapat memberikan energi
nuklir untuk waktu sekitar 1,000 tahun. Namun dalam pendapatnya, Profesor Cohen
percaya bahwa tambang nuklir yang sebenarnya ada di Bumi jauh lebih banyak dari
jumlah tersebut dan apabila jumlah uranium ini dikembangkan dalam reaktor breeder
ini maka ketahanan energi nuklir dapat dijaga hingga 5 milyar tahun ke depan.
Argumen yang
Menyatakan Nuklir Bukanlah Energi Terbarukan
Salah
satu argumentasi paling besar yang menyatakan ketidaksetujuan dalam
penggolongan energi nuklir sebagai energi terbarukan adalah bahwa sumber
tambang uranium di Bumi adalah terbatas dan untuk diperhitungkan sebagai energi
terbarukan, sumber energinya seharusnya dapat melakukan regenerasi dalam
periode waktu yang tidak terbatas sebagaimana definisi dari energi terbarukan
itu sendiri (sumber: large.standford.edu).
Argumentasi
lain yang menolak nuklir dalam kategori terbarukan adalah fakta bahwa meskipun
energi yang dihasilkan adalah energi dengan emisi rendah akan karbon, namun memiliki
limbah nuklir yang tergolong sebagai limbah radioaktif dan berbahaya bagi
lingkungan. Terdapat juga argumentasi lain yang menolak pengkategorian nuklir
sebagai energi terbarukan dan argumentasi ini umumnya banyak dijumpai di
Amerika. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa energi terbarukan seharusnya
merupakan prospek energi yang membuat suatu bagian negara menjadi independen
dalam hal energi. Sementara dalam prakteknya, pengembangan energi nuklir di
Amerika memerlukan pengimporan tambang uranium sehingga menyebabkan Amerika
memiliki ketergantungan dalam hal pasokan uranium sebagai sumber energi nuklir
(sumber: Is Nuclear Power Renewable
Energy, K. Johnson).
Peninjauan Residual Limbah Nuklir di Madagan, Rusia - sumber: Blacksmith Institute |
Kesimpulan
Dalam
hal penarikan kesimpulan, saya pribadi termasuk ke dalam orang yang menyerahkan
masing-masing pendapat ke setiap perspektif dan kepercayaan individu
masing-masing – terkecuali hal tersebut menyangkut fakta angka dan hasil
penelitian atau usaha yang tidak dapat diperdebatkan atau ditawar. Jika ditanya
pendapat saya, saya tergolong dalam kategori yang tidak setuju dalam
pengkategoriannya di bawah segmen energi terbarukan, karena meskipun regenerasi
buatan menggunakan reactor memungkinkan penunjangan ketahanan energi nuklir
hingga matahari menghilang 5 milyar tahun kemudian, defisini dari energi
terbarukan sendiri adalah energi dengan sumber yang dapat meregenerasi sendiri
dan tanpa bantuan alat – dan alasan ketidaksetujuan saya tidak berhubungan
dengan fakta skeptikal berkaitan nuklir dalam pengembangannya sebagai senjata
perang dan limbah nuklir yang dihasilkan PLTN. Sebelum perdebatan ini
berkepanjangan, terdapat aspek yang lebih penting seperti bagaimanakah cara
pengolahan limbah nuklir yang baik agar meminimalisir efeknya terhadap
lingkungan, karena tidak dipungkiri bahwa nuklir memiliki potensi energi yang
besar yang dapat membantu ketahanan energi global.
Terkait
dengan hal kesimpulan, sebuah pernyataan juga telah dikemukakan oleh Helena
Pelosi selaku Direktur Umum dari IRENA atau International
Renewable Energy Agency. Dalam pernyataan ini dikatakan bahwa IRENA tidak
akan mensuppor program energi nukler yang dikarenakan pada proses yang rumit
dan lama serta efek limbah nuklir yang dihasilkan. Implikasi ini menjadikan
energi nuklir tergolong sebagai energi tidak terbarukan, setidaknya dibawah
yuridikasi IRENA – dan jika terdapat pihak-pihak yang ingin merubah keputusan
ini, pihak tersebut harus telah menyediakan solusi akan isu pengolahan limbah
nuklir dan implikasi politik dalam pengembangan energi nuklir sebelum meminta
IRENA untuk mempertimbangkan untuk memasukkan energi nuklir dalam daftar energi
terbarukan (sumber: Is Nuclear Power
Renewable, J. Kanter).
#15HariBerceritaEnergi didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai bentuk upaya dalam mengkampanyekan energi terbarukan dan konservasi energi.
No comments:
Post a Comment